KITA tahu di atas bumi indonesia ini tersebar gundukkan tanah (makom) yang didalamnya bersemayam jasad para perintis kebenaran hidup, para perintis pencerahan rohani, para kaula Illahi yang lillahita'ala membawa manusia pada jalan yang lurus, pada jalan bagaimana merundukkan hati yang beku bagai batu.
Konon mereka merambah hutan belantara dengan berjalan kaki, membuka pemukiman dengan berdo'a agar kelak menjadi satu pemukiman yang tentram, membuka ladang pekerjaan, bercocok tanam, bercengkrama dengan pepohonan, tanah, air bagai membelai bayi atau mengelus anak kecil. Bercocok tanam bukan berarti marusak lingkungan, mencari nafkah bukan berarti menggali dan mengambil yang ada dalam tanah tanpa memikirkan akibatnya, pohon bisa marah, air bisa marah, udara gunung dan alam ini bisa marah.
Konon mereka merambah hutan belantara dengan berjalan kaki, membuka pemukiman dengan berdo'a agar kelak menjadi satu pemukiman yang tentram, membuka ladang pekerjaan, bercocok tanam, bercengkrama dengan pepohonan, tanah, air bagai membelai bayi atau mengelus anak kecil. Bercocok tanam bukan berarti marusak lingkungan, mencari nafkah bukan berarti menggali dan mengambil yang ada dalam tanah tanpa memikirkan akibatnya, pohon bisa marah, air bisa marah, udara gunung dan alam ini bisa marah.
Mereka sekarang terbujur di bawah gundukkan tanah ratusan tahun yang silam yang mungkin jasadnya sudah tidak tersisa lagi kerena kita kembali menjadi tanah.
Komplek makom Syeh Abdul Mukhyi di Pamijahan Tasikmalaya, makom di Situ Panjalu Ciamis, makom di Godog Garut, makom Sunan Gunung Jati di Cirebon dan masih banyak lagi yang lainnya. Satu hal yang seharusnya kita merasa malu, merasa kecil, merasa tidak bisa berbuat apa-apa, mereka yang sudah terbujur adalah para pemimpin sejati, mereka para pemimpin yang mampu merealisasikan mimpinya, mereka pekerja yang selalu pekerjaannya diiringi hati yang suci ( lillahitaala ) karena kerelaannya tidak terucap dibibirnya, tidak dijadikan alat untuk memaksa orang lain simpati apalagi dijadikan alat untuk mengelabui orang. Mereka kini hanya tinggal gundukkan tanah ratusan silam yang lalu, bukti dari pekerjaannya yang tulus tetap mampu mensejahterakan umat manusia yang masih hidup.
Betapa Banyak Orang Hidup Yang Disejahterakan.
Berapa banyak keluarga yang bisa mencari makan untuk hidup atau menghidupi keluarganya (mereka mencari nafkah disekitar komplek makom) berapa banyak orang hidup yang sudah kehilangan semangat hidup bisa pulih kemabali ( dengan berjiarah ). Betapa luar bisa tempat-tempat sekitar itu tumbuh menjadi kota kecil dengan menghidupi dirinya (swadaya), membangun mesjid, membangun jalan, MCK, dan lain-lain, betapa hormat dan teratur tatkala mereka berada dilingkungan itu.
Sebuah perenungan bagi kita semua dengan berbuat kebajikan yang dilandaasi oleh kewajiban orang hidup untuk saling mengingatkan pada kebenaran, pamrih karena ingin diridlo'i allah swt, lillahita'ala karena manusia hidup dibatasi waktu, mati adalah hak untuk mahluk hidup, oleh karena itu sewajarnya kita menempatkan diri masing-masing sebagai khalifah bagi sesamanya.
Sudah Berbuat apa Saja Kita Selama Ini ?Komplek makom Syeh Abdul Mukhyi di Pamijahan Tasikmalaya, makom di Situ Panjalu Ciamis, makom di Godog Garut, makom Sunan Gunung Jati di Cirebon dan masih banyak lagi yang lainnya. Satu hal yang seharusnya kita merasa malu, merasa kecil, merasa tidak bisa berbuat apa-apa, mereka yang sudah terbujur adalah para pemimpin sejati, mereka para pemimpin yang mampu merealisasikan mimpinya, mereka pekerja yang selalu pekerjaannya diiringi hati yang suci ( lillahitaala ) karena kerelaannya tidak terucap dibibirnya, tidak dijadikan alat untuk memaksa orang lain simpati apalagi dijadikan alat untuk mengelabui orang. Mereka kini hanya tinggal gundukkan tanah ratusan silam yang lalu, bukti dari pekerjaannya yang tulus tetap mampu mensejahterakan umat manusia yang masih hidup.
Betapa Banyak Orang Hidup Yang Disejahterakan.
Berapa banyak keluarga yang bisa mencari makan untuk hidup atau menghidupi keluarganya (mereka mencari nafkah disekitar komplek makom) berapa banyak orang hidup yang sudah kehilangan semangat hidup bisa pulih kemabali ( dengan berjiarah ). Betapa luar bisa tempat-tempat sekitar itu tumbuh menjadi kota kecil dengan menghidupi dirinya (swadaya), membangun mesjid, membangun jalan, MCK, dan lain-lain, betapa hormat dan teratur tatkala mereka berada dilingkungan itu.
Sebuah perenungan bagi kita semua dengan berbuat kebajikan yang dilandaasi oleh kewajiban orang hidup untuk saling mengingatkan pada kebenaran, pamrih karena ingin diridlo'i allah swt, lillahita'ala karena manusia hidup dibatasi waktu, mati adalah hak untuk mahluk hidup, oleh karena itu sewajarnya kita menempatkan diri masing-masing sebagai khalifah bagi sesamanya.
Kita seharusnya bercermin pada mereka yang sudah terbujur kaku yang mampu mensejahterakan orang hidup, kita sebagai manusia hidup sudahkah berbuat untuk kepentingan orang banyak ?, bagi siapapun berbuat kebajikan dan tauladan adalah saatnya, kita bisa berbuat dimana kita berada, bagi seorang guru jadilah yang sebenar-benarnya pendidik yang bisa menjadikan anak bangsa berbudi, bagi Bupati/Walikota jadilah pemimpin yang sebenar-benarnya pemimpin yang dihormati dan punya kehormatan, bagi anggota DPR/D jadilah yang sebenar-benarnya wakil rakyat bukan jadi pejabat yang jauh dari rakyat yang memilihnya, bagi orang tua jadilah orang tua yang mengayomi anaknya, bagi pedagang jadilah pedagang pedagang yang baik yang mencari keuntungan yang halal, jadi sopir angkot jadilah pengemudi yang mentaati peraturan, bagi penjahat kembalilah ke jalan yang benar, bagi penjaja cinta kembali menjadi yang menghormati dirinya, bagi bandar dan penjual sabu-sabu kembali ingat bahwa anak bangsa bukan untuk dirusak tapi untuk menjdi penerus pembangunan Negara dan Agama, bagi petugas BAZ tetap ingat begitu banyak orang miskin yang harus disantuni dan merekalah yang berhak bukan kita, petugas parkir jadilah petugas yang selalu ingat bahwa tugasnya adalah amanah, bagi bapak Polisi jadilah polisi yang sebenarnya polisi yang selalu membantu orang kesulitan bukan menambah sulit, bagi bapak tentara jadilah pengamanan negeri ini bukan menambah runyam, bagi hakim jadilah penentu vonis yang tidak direkayasa atau kehilangan nurani, bagi pegawai pajak masukan uang bayaran pajak orang ke kas Negara bukan kes pribadi.
Keyakinan bagi kita, orang hidup sebenarnya lebih memungkinkan untuk berbuat kebajikan bagi sesamanya.
Keyakinan bagi kita, orang hidup sebenarnya lebih memungkinkan untuk berbuat kebajikan bagi sesamanya.